Tahun Baru Islam merupakan hari yang bersejarah bagi umat islam di seluruh dunia. Pada awalnya, tahun baru islam digunakan untuk memperingati peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari kota Mekkah ke Madinah pada 622 Masehi. Sejarah tahun baru islam bermula dari kebingungan umat islam pada masa itu dalam menentukan tahun.
Pada zaman sebelum Nabi Muhammad SAW, orang orang Arab tidak menggunakan tahun untuk menandai suatu peristiwa. Atas usulan dari Ali Bin Abi Thalib, kalender Hijriyah Islam dimulain dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Atas usulan dari Ali Bin Abi Thalib inilah, akhirnya sejarah kalender islam untuk pertama kali dibuat.
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah menjadi awal mula lahirnya Islam sebagai agama yang berjaya.
Hijrah merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi yang tidak kondusif di Mekkah.
Hijrah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa optimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada yang baik.
Dalam konteks masa kini, peristiwa hijrah dimaknai sebagai penanaman nilai dan semangat berhijrah untuk diri sendiri.
Berani meninggalkan sesuatu yang buruk dan beralih kepada kebaikan.
Banyak ragam masyarakat, baik santri-santri pondok pesantren, remaja masjid, jema’ah madrasah, siswa dan guru di lembaga pendidikan islam, dan sebagainya yang mengadakan kegiatan dalam rangka turut memperingati Tahun Baru Islam 1440 H, salah satunya dengan melaksanakan pawai obor keliling yang dilakukan oleh komunitas dari lembaga-lembaga pendidikan islam khususnya yang berada di wilayah Desa Linggar Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung.
Memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram Hijriyah bukan berarti meniru perayaan tahun baru Masehi.
Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram Hijriyah harus dilakukan sesuai dengan tujuan dijadikannya hijrah sebagai awal sistem penanggalan Islam, yakni memaknai dan mengamalkan hijrah.
Kirim Komentar